Naiknya Dollar dan naiknya harga BBM harus diakui secara jujur bahwa faktor global lebih mempengaruhi ketimbang faktor dalam negeri.Pemerintahan dunia sedang bersama sama menghadapi krisis moneter dan energi ini.
Akan tetapi kita juga harus jujur mengakui bahwa pemerintah Jokowi tidak memiliki kemampuan dalam memproteksi perekonomian rakyat terhadap tekanan force majeur ekonomi global. Asing sangat dibiarkan melakukan dominasi ekonomi, konglomerasi dibiarkan melakukan dominasi ekonomi,
Dibawah rezim bunga bank sentral, suatu saat rasio hutang kita pasti akan melewati GDP, hal itu sudah lumrah bagi negara negara yang berbasis ekspor industri dan teknologi seperti Korsel, Jepang bahkan Amerika. Karena pemerintah banyak disibukkan dengan masalah ribut ribut ideologi ketimbang membangun basis produksi. Ekspor industri dan teknologi kita terlantar, bahan bahan kebutuhan pokok suka di impor dengan alasan lucu memproteksi harga yang kedepannya akan meningkatkan defisit perdagangan yang akan mengurangi devisa dan daya saing.
Pemberantasan korupsi belum pernah terpolitisir secara akut seperti diera Jokowi ini, dari tebang pilih kasus korupsi hingga aturan yang lemah terhadap politisi pelaku korupsi. Ini menciptakan outlook supremasi dan kepastian hukum di Indonesia menjadi bahan kekhawatiran para investor luar negeri.
Semua hal diatas menjebak Indonesia pada stagnansi pertumbuhan ekonomi yang berkutat diangka 5 persen. Belajar dari China dan Turki, untuk mampu mengubah sebuah bangsa dari bangsa melarat menjadi bangsa sejahtera diperlukan pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen dan itu berlangsung secara konstan dalam kurun waktu minimal 1 dekade.
Ada dimana letak narasi pengelolaan negeri ini wahai Jokowi? ditengah fluktuasi pergerakan geopolitik dan geoekonomi yang berjalan dalam situasi uncertainity (ketidakpastian)? Kalau besok China berperng dengan Malaysia, Filipina dan Brunei di kepualauan Spartly, nilai Rupiah kita akan jatuh sampai angka berapa? Kalau Saudi Arabia jadi memompa produksi minyak sebesar 2 juta Barrel sudah siapkah pemerintah menjual BBM yang lebih murah, atau selalu berapologi dengan subsidi BBM yang semakin jarangv di pasaran?
Jika tiba tiba Australia bersikap mendukung kemerdekaan Papua Barat dan Bali karena struktur sosial dan ekonomi kita begitu terdisintegrasi, apa yang akan kamu perbuat Jokowi? Apakah kamu cukup dengan menjawab : Saya tidak tahu? Lalu senyum senyum melantunkan lagu rap didepan anak anak ABG yang lugu?