Beberapa bulan sebelum bertemu Trump di Washington, Erdogan mendapatkan tekanan hebat dari kubu kanan konservatif yang berhasil memenangkan Trump untuk membebaskan Andrew Brunson, seorang pendeta Amerika yang memiliki hubungan dekat dengan Gullen, seorang tokoh sufi yang merupakan dalang utama kudeta Turki yang gagal.
Bulan ini, Brunson akan diadili oleh pengadilan Turki dengan tuduhan berat, yaitu spionase dan makar. Sepertinya tekanan Turki tidak digubris Erdogan, dengan entengnya Erdogan tetap berkunjung dengan tegap kepala dihadapan Trump, dan Trumppun enggan membahas hal ini dengan Erdogan. Erdogan menegaskan pendeta itu tidak akan diampuni dan akan merasakan beratnya hukuman dari penjara hingga hukuman mati. Bayangkan jika kasus ini terjadi sekarang di Indonesia, beranikah presiden Jokowi menentang China?
Hubungan Amerika dan Turki bisa dibilang sangat unik, mereka adalah sekutu dekat dan mereka sejak tahun 2002 dimana Erdogan mulai mendaki tangga kekuasaan kerap terlibat perselisihan besar. Erdogan berselisih dengan Bush, Obama dan Trump tanpa merugikan ekonomi Turki sedikitpun. Hingga saat ini antara Turki dan Amerika disandera oleh empat masalah besar : Pertama adalah masalah pemindahan kedutaan AS ke Jerussalem, masalah Gaza Palestina, masalah perlindungan Amerika terhadap Gullen soerang dalang kudeta, dukungan Amerika ke pemberontak Kurdi di utara Suriah.
*****
Beberapa minggu setelah memenangkan Pemilu di Turki, Erdogan menggagas dua megaproyek industri automotif dan industri agensi luar angkasa, industri otomotifnya bernama Turkey Automobile Initiative Group yang merupakan sinergi 4 konglomerat industri Turki dalam memproduksi indigenious car (Mobnas) Turki. Yang menarik, industri otomotif ini bukan industri konvensional, industri otomotif turki akan berbasis teknolodi hibrid dan elektrik, acuannya adalah pabrik mobil listrik Tesla milik seorang konglomerat teknologi Amerika Elon Musk. Sasaran pemasaran industri bersifat global khususnya di pasaran tradisional Turki di Timur Tengah, Eropa dan Asia Tengah.
Adapun industri agensi luar angkasa draftnya sudah lolos di parlemen, agensi luar angkasa Turki ini bergerak dibidang industri satelit dan peluncuran satelit. Menurut Erdogan, industri ini adalah masa depan bisnis yang sangat besar, Turki berambisi menjadi produsen satelit dan penyelenggara utama peluncuran satelit di Eropa, Timur Tengah dan Asia Tengah. Turki sangat menginginkan kemandirian teknologi dibidang ini. Untuk teknologi, Erdogan menggandeng industrialis teknologi Elon Musk yang memiliki teknologi roket spaceX.
Bangsa Turki dan Indonesia dikenal diluar negeri memiliki mahasiswa mahasiswa yang jenius dan berprestasi, diluar negeri hubungan antara mahasiswa Turki dan Indonesia sangat baik karena ikatan keislaman, BJ Habibie adalah sahabat dekat Erbakan, gurunya Erdogan. Ada dua "alam" pembelajaran di luar negeri yaitu barat dan Timur Tengah, di barat para mahasiswa dikedua negara berhubungan baik karena Islam, di Timur Tengah hubungan mahasiswa dikedua negara juga baik karena visi visi keislaman.
Saya sendiri punya sahabat dekat orang Turki, namanya Murad, selalu bertemu saat kami berangkat haji, setiap bertemu kami selalu berpelukan bagai saudara, Murad mengatakan saya sudah seperti saudara, yah itulah watak kebanyakan orang Turki yang lurus dalam pandangan keislamannya.
Kita menunggu kebangkitan Indonesia yang akan dilakoni oleh alumni alumni luar negeri yang memiliki narasi dan pemikiran yang besar seperti kawan kawannya dari Turki. Bukan seperti saat ini dimana peranan alumni luar negerinya sebatas dalam permainan politik praktis semata.