top of page

BERPOLITIK DAN BEREKONOMI, MANA YANG LEBIH PENTING DALAM PERADABAN ISLAM?

Berpolitik dizaman ini akan selalu memberikan citra sempit tentang kepentingan & kelicikan. Ini bisa dimaklumi, mengingat politik sebenarnya adalah alat ampuh untuk melakukan perubahan besar dalam suatu bangsa.

Berbeda dengan ekonomi, citra kegiatan ini merupakan posisi yang paling mulia dizaman ini, mengingat materialisme sudah menjadi alat ukur utama sebuah kebenaran dan status sosial. Apapun bentuk kegiatan ekonomi dari yang mulia hingga kotor sekalipun, akan tetap menjadi "dewa kehormatan" bagi msyarakat masa kini.

Kalau kita berbicara politik, akan ada sinisme, kalau kita berbicara ekonomi akan ada antusiasme. Berbicara motivasi mengenai pandangan dan ideologi politik akan kalah pamor ketimbang membicarakan masalah motivasi yang bertendensi kepada hal hal yang terkait ekonomi.

Disinilah kita menemukan pragmatisme yang luar biasa dari masyarakat, masyarakat tidak mau peduli bagaimana sebuah hegemoni asing, konglomerasi, hegemoni perbankan dan finansial bisa mengendalikan hidup kita. Masyarakat hanya peduli bagaimana jika mereka dapat hidup memiliki rumah,kendaraan dan penghasilan.

Ekonomi tanpa mendahulukan kesadaran politik ibarat seekor kambing yang berusaha mencari rumput dilahan yang sedang dikuasai ular phiton, kambing itu bisa gemuk karena si ular tidak mungkin memakan puluhan kambing dalam sehari, namun kambing itu tidak bisa menjamin keamanan dan keleluasaan hidup dia karena dia hidup dilingkungan yang sudah dikendalikan oleh ular.

Menjadi kaya sangatlah penting, namun menjadikan semua orang hidup sejahtera,bermartabat dan bahagia adalah jauh lebih penting. Dalam buku Fiqh Daulah, Qardawi mengatakan bahwa membuat sebuah negara maju hingga memindahkan batu dijalanan adalah sebuah ibadah yang mendapatkan pahala didalam Islam.

Perlu dipahami semua, bahwa memajukan peradaban umat salahsatunya dengan menanamkan sikap kalau setiap aspek kehidupan seperti sosial,ekonomi dan politik adalah memiliki tingkat kepentingan yang sama.

Dalam keseharian kita, kita melihat kualitas kehidupan bangsa bangsa muslim berada dibawah kehidupan bangsa barat. Di barat, menjadi seorang ahli politik memiliki status dan penghormatan yang sama dengan pebisnis kaya. Di negeri kita, sepintar pintar manusia akan lebih hina ketimbang orang kaya. Pertanyaan umum masyarakat kita ; Dia bisa cari duit sebanyak apa?

Itu adalah ritual awal dari sebuah proses penghormatan publik bagi seseorang. Tidaklah aneh bangsa kita berada jauh kualitasnya dibawah bangsa barat, karena kita terlalu sempit dengan menganggap uang adalah segalanya. Dibarat, idealisme sama harganya dengan uang.

Kita mengalami krisis kepemimpinan, karena kita hanya mau memilih pemimpin karena duitnya dan bukan karena otaknya. Betapa bangsa ini memubadzirkan banyak orang pintar yang ibsa merubah bangsa ini hanya karena pandangan sempit akan materialisme.

Malah didalam dunia birokrasi, kita sudah berpuluh puluh tahun memiliki budaya menilai kesuksesan seorang pegawai negeri itu bukan dari prestasi kerja, namun bagaimana seorang PNS ini bisa memiliki rumah, mobil dan simbol simbol kekayaan lainnya. Negara akhirnya menjadi sapi perah birokrasi dan politisi, negara bukan dijadikan alat untuk mensejahterakan rakyatnya.

Jangan sampai kehidupan kita yang multi kompleks ini hanya disederhanakan dengan ukuran materi. Kalau begitu, apa bedanya kita dengan binantang? Yang jelas, peradaban Islam jauh dari animal instict seperti itu....

bottom of page