top of page

ANTARA KETIDAKTAHUAN SISTEM SATU PUTARAN DAN KANDIDAT MULTI PASLON.

Masyarakat sebenarnya belum banyak tahu kalau Pilkada serentak itu cuma satu putaran, coba saja sering sering buka Medsos atau jalan ke pelosok jalanan, maka mereka pasti banyak yang menyangka kalau Pilkada serentak itu masih seperti Pilkada DKI yang bisa dua putaran.

Makanya mengapa banyak kita lihat fenomena multi paslon (pasangan calon) dalam suatu wilayah baik itu kabupaten/kota maupun provinsi. Sebab idealnya dalam sebuah kompetisi Pilkada adalah rivalitas dua Paslon

Multi Paslon banyak manfaatnya dalam konteks pemenangan sebuah agenda poltik, agenda politik cuma satu akan tetapi calonnya berbeda beda. Masing masing Paslon memiliki figur dan latarbelakang yang berbeda yang memiliki basis pendukung sendiri sendiri.

Contohnya begini, dalam Pilkada Jabar terdapat empat paslon, tiga Paslon mermiliki agenda politik yang hampir hampir mirip yaitu mendukung Jokowi dua periode, sedangkan yang jelas jelas ingin mengganti Jokowi hanya satu Paslon.

Masyarakat awampun basis pemilihnya terpecah pecah karena termagnifikasi oleh kontestasi figuritas yang banyak, mereka jadi fokus ke figur dan bukan ke agenda politik. Mereka pikir nanti akan ada putaran kedua, jadi mereka memilih mencoba coba memilih pslon atas dasar non agenda.

Andai pengetahuan masyarakat tentang sistem satu putaran Pilkada sudah menjadi umum, mungkin mindset mereka dalam memilih akan berbeda. Tentu pilihan mereka akan menyempit dari sekedar figuritas menjadi pilihan agenda politik paslon yang memang seharusnya lebih substansial.

Ini juga yang sering lupa disosialisasikan oleh para paslon bahwa Pilkada serentak itu cuma satu putaran.... Akan menjadi pelajaran penting diwaktu waktu mendatang.

bottom of page