top of page

SAMPAI KAPAN BANGSA INI MAU MELEK DARI ANCAMAN ASING?

Secara geopolitik dan geoekonomi Indonesia berada dalam himpitan pengaruh China dan Amerika. Malaysia sempat terjebak dan segera menyadarinya,dia berbenah lebih dahulu dari Indonesia. Pundi pundi uangnya Najib tidak mampu membeli para politisi, cendekiawan,ulama dan rakyat untuk menutup mata dari ancaman bahaya eksistensi itu.

Saat Mega krisis 1998 Malaysia dan Korsel pulih lebih dahulu dari Indonesia, bahkan mereka berdua merangsek maju menjadi macan Asia. Indonesia ketinggalan jauh, malah Indonesia menjadi konsumen terbesar produk industri dan teknologi mereka. Malaysia dan Korsel sangat mengerti adanya entitas imperialisme global secara terselubung yang dimainkan negara negara super kuat dimuka bumi ini. Mereka memilih "berdagang" sebagai pedagang mandiri. Industri mereka dipompa untuk mengekspor untuk merebut devisa. Mereka emoh untuk menjadi pedagang yang mengekor dan membuntuti kepentingan raksasa raksasa superpower.

Sementara kita sulit sekali memulihkan diri, kita terlambat untuk nyadar,berani dan berubah. Penguasa yang memposisikan diri sebagai ekor ekonomi dari entitas negara raksasa seperti China nampaknya dianggap bukan masalah serius. Pola pikir masyarakat kita direcoki oleh masalah masalah ecek ecek yang tidak substansial yang membutakan diri dari ancaman eksistensial.

Dengan iming iming uang,jabatan dan status sosial mereka dibuai seakan akan hidup di bumi ini tidak ada ancaman sama sekali dari kekuatan super power asing. Malahan sesama bangsa dijadikan ancaman yang jauh lebih berbahaya dari mafia mafia kerah putih internasional yang membunuh ekonomi rakyat kecil. Isu radikalisme, terorisme dan anti nasionalisme dijadikan jargon laris, sementara isu dominasi asing dijadikan bahan candaan dan tertawaan. Gawatnya, rakyat mempercayai kebohongan ini......

Peta kemenangan Pilkada memang sangat mengkhawatirkan posisi geopolitik dan geoekonomi kita, sebab hal ini akan berimplikasi kepada peta kekuatan Pilpres 2019 yang sepertinya lebih menguntungkan penguasa saat ini.

Kalau rakyat mau menang dan mengganti presiden, seharusnya para elit politik, cendekiawan dan ekonom mau berani turun tangan bersama rakyat. Mereka harus mau membuang ego,gengsi dan kepentingan sempit dan melihat lebih jauh kedepan.

Rakyat kita masih banyak yang berbudaya agraris yang paternalistik, cara berpikir kebanyakan rakyat belum mandiri, yang baru kelihatan signifikan mandiri dari rakyat setelah reformasi ini adalah keberanian untuk bersikap. Kalau rakyat mendapatkan informasi secara baik maka sebenarnya mereka tidak akan ragu untuk melawan. Masalahnya, rakyat kita masih ditindas oleh otoriterianisme informasi dan opini.....

Kunci utama agar negeri ini bisa berubah masih terletak ditangan para elit..... Ironis tapi nyata....

bottom of page