top of page

BERHALA ITU BERNAMA OPINI

Nampaknya sudah menjadi kebiasaan para pemain bola untuk berpura pura menjadi korban pelanggaran agar mendapatkan keuntungan dalam bermain. Biasanya setiap masuk kotak penalti, para penyerang menjatuhkan diri dan setelah itu mengangkat aba aba tangan ke wasit kalau dia ditackle oleh lawan, harapan dia agar dapat hadiah tendangan penalti.

Kemarin, saya sempat berbincang bincang setengah diskusi dengan sesama kawan pembimbing haji, dia mengeluhkan peraturan undang undang kesehatan yang semakin ketat bagi jamaah haji yang berangkat. Tahun ini, kalau calon jamaah haji ketahuan punya penyakit serius maka otomatis harapan berangkat hajinya pupus sudah.

Hari ini, setelah hingar bingar berita quick count Pilkada serentak 2018, banyak sekali pengamat dan ahli yang mengingatkan bahwa real count adalah sesuatu yang tidak boleh dilupakan dan jangan sampai quick count dijadikan patokan kemenangan. Kasus Jawa Barat adalah contoh dimana karena tipisnya perbedaan suara maka banyak pihak yang menyerukan agar pernyataan kemenangan ditunda setelah real count.

Ketiga hal diatas adalah fenomena menarik yang menjadi trend akhir akhir ini, lebih dalam lagi kalau kita renungkan secara seksama bahwa ketiga fenomena diatas terjadi karena dipicu oleh sebuah trend dimana opini sudah menjadi panglima yang menentukan segalanya. Kebenaran sesuatu bukan lagi ditentukan oleh hukum, rumus atau sebuah nilai sekalipun, kebenaran saat ini ditentukan oleh opini.

Kebenaran itu berdasarkan fakta, seperti matahari terbit dari timur dan terbenam dibarat, fakta ini akan terus berlanjut sampai sebelum kiamat terjadi. Adapun opini adalah bagaimana memberikan citra dan persepsi bahwa matahari itu bisa bisa aja terbit dari barat dengan membongkar istilah timur dengan barat. Opini adalah penciptaan citra dan persepsi dimasyarakat agar bisa mencapai suatu pencitraan yang ditargetkan meski itu harus melawan fakta dan realita.

Pemain bola yang menjatuhkan diri dikotak penalti ingin memberikan opini kepada wasit bahwa terjadi suatu pelanggaran atas dia yang akhirnya melahirkan tendangan penalti. Melarang calon jamaah haji yang sakit untuk berangkat haji karena pihak penyelenggara tidak mau mendapatkan opini bahwa dibawah tanggung jawab mereka akan banyak uang yang meninggal,karena semakin tinggi tingkat kematian adalah berbanding terbalik dengan prestasi pelayanan haji mereka dimata publik. Quick count yang kerap dipublikasikan oleh lembaga lembaga survei bertujuan untuk menciptakan opini kemenangan untuk pasangan tertentu.

Padahal secara realita dan kebenaran belum tentu pemain bola itu ditackle dikotak penalti. Dalam ibadah haji sebenarnya sudah tertanam keyakinan bahwa ibadah haji itu adalah jihad, yang yang meninggal saat berhaji adalah syahid, secara keyakinan yang benar sebenarnya kita tidak usah risau jika banyak jamaah haji yang syahid ditanah suci karena itu adalah sebuah kebanggaan dan kehormatan khusus bagi yang syahid. Quick count meski sering dibuktikan akurat, namun real count adalah hasil terakhir yang secara etika menjadi dasar dari sebuah pidato kemenangan.

Gara gara candu opini akhirnya kita banyak melihat pertandingan bola yang tidak adil, banyak jamaah haji yang dipaksa untuk tidak berangkat karena masalah kesehatan dan banyak kemenangan pilkada,pileg dan pilpres yang menghasilkan sosok sosok pemimpin berkualitas rendah karena bergantung kepada opini belaka.

Opini sepertinya dalam kehidupan kita dizaman ini sudah seperti sebuah berhala yang sangat disakralkan. Apa hasilnya jika kehidupan kita hanya didasarkan oleh opini dan bukan dengan kebenaran yang hakiki?

bottom of page